Perang Bubat




Tersebut negara Majapahit dengan Raja Hayam Wuruk, Raja perkasa kesayangan seluruh rakyat, yang konon ceritanya penjelmaan Dewa Kama, berbudi luhur, arif bijaksana, tetapi juga bagaikan singa dalam peperangan. Inilah raja terbesar di seluruh Jawa bergelar Rajasanagara. 
Daerah taklukannya hingga Papua dan menjadi sanjungan Empu Prapanca dalam Negarakertagama. Karena kemakmuran negaranya sangat terkenal. Namun sang Raja belum memiliki Permaisuri.



Konon ceritanya, Sang Raja menginginkan isteri yang bisa dihormati dan dicintai rakyat dan kebanggaan Raja Majapahit. Dalam pencarian seorang calon Permaisuri inilah terdengar kabar bahwa putri Sunda sangat cantik jelita, yang mengawali cerita dalam Kidung Sundayana.

Apalah arti kehormatan dan keharuman nama sang Raja, dengan seluruh Nusantara ada di bawah kekuasaannya. Tetapi hanya satu jiwanya yang senantiasa memohon pada Yang Kuasa akan kehadiran jodohnya. Terdengarlah bahwa Raja Sunda ( Kerajaan Kahuripan ) memiliki putri nan cantik bernama Diah Pitaloka Citrasemi.

Setelah bermusyawarah dengan bawahannya Sang Raja Hayam Wuruk mengirim utusan untuk meminang putri Sunda tersebut melalui perantara yang bernama Tuan Anepaken, ke Kerajaan Sunda. 
Setelah lamaran diterima, serta direstui Sang Putri Raja Sunda untuk di pinang Sang Prabu Hayam Wuruk, ratusan rakyat menghantar Sang Putri beserta Raja dan para punggawanya menuju pantai, tapi tiba-tiba dilihatnya laut berwarna merah bagaikan darah. Ini merupakan pertanda buruk bahwa diperkirakan Putri Raja ini tidak akan pernah kembali lagi ke tanah airnya. Tanda ini tidak dihiraukan, dengan tetap berprasangka baik kepada Raja Tanah Jawa yang akan menjadi menantunya.


Sepuluh hari telah berlalu sampailah rombongan Kerajaan Sunda di desa Bubat, yaitu tempat penyambutan dari Kerajaan Majapahit bertemu. Semuanya bergembira kecuali Gajahmada, yang berkeberatan menyambut Putri Raja Kahuripan tersebut, Gajahmada menganggap Putri tersebut merupaka "hadiah" kepada Sang Raja. 
Sedangkan pihak Kerajaan Sunda, menyataka Putri tersebut merupaka "pinangan" Sang Raja. Dalam dialog antara utusan dari Kerajaan Sunda dengan Patih Gajahmada, terjadi saling ketersinggungan dan berakibat terjadinya sebuah peperangan besar antara keduanya, hingga terbunuhnya Raja Sunda.

Dan setelah selesai pertempuran, datanglah Sang Raja Hayam Wuruk untuk menemui calon pinangannya. Dan, di hadapan Sang Raja Hayam Wuruk, putri Diah Pitaloka melakukan bela pati, bunuh diri. 
Sang Raja Hayam Wuruk yang kemudian tidak dapat menanggung kepedihan hatinya, tak lama kemudian akhirnya mangkat.